L
LKSDI Press


Bella namanya, dia adalah kekasih nya Kevin, kekasih calon tunangan ku, ini sangatlah menyakitkan, melihat laki-laki yang sebentar lagi akan jadi imam ku, yang menjadi calon pembimbing ku, memang perempuan itu sangatlah cantik dan kekinian, tapi kenapa Kevin tidak menghargai aku, seakan-akan aku ini bukan siapa-siapa nya dia.


Short Story All public.

#cadar #di balik #gadis #cerpen #lksdi
Short tale
0
2.9k VIEWS
Completed
reading time
AA Share

DI BALIK CADAR

Oleh:Anita Rahmawati

Namaku Kayla Netasya Az-Zahra, Aku lahir pada tanggal 28-08-2004, Sekarang aku berumur 19 tahun, Aku lahir dikota Medan Sumatra Utara, Aku adalah anak tunggal didalam keluarga sederhana, Dan aku dibesarkan dibogor, Perpindahan itu terjadi karena orang tuaku butuh biaya untuk aku sekolah, Dan sekarang aku baru saja menyelesaikan pendidikan dan pernah mondok dipondok pesantren Al-Kahfi, Tujuanku saat ini adalah membahagiakan orang tuaku.

DIHARI ITU...

“Zahra.. Zahra..” Panggil seorang wanita parubaya itu.

Dialah yang mengandungku selama sembilan bulan..

“Iya ummi? Ummi panggil Zahra? Ucapku.

“Iya sayang, ummi minta tolong, Tolong hari ini kamu gantikan ummi belanja?” Ucap ummiku itu.

“Emm.. boleh ummi, mana uangnya biar Zahra belikan”

“Ini nak uangnya, Dan ini notanya”

“Siap ummi, yaudah Zahra berangkat dulu.. Assalamualaikum ummi”

“Wa’alaikumussalam, hati-hati ya nak”

“iya ummi”.

Didalam perjalanan ada seorang laki-laki yang aku tidak kenal dan tak sengaja aku tabrak..

“Astaghfirullahal Adzim.. maaf mas maaf, saya tidak sengaja” ucapku.

“Heh Lo!, bisa jalan ga sih?! Kalo jalan tuh pake Mata!” bentak lelaki tadi.

“Maaf mas, dimana-mana kalo jalan itu pakai kaki, bukan pakai mata, Lagipula tadi saya sudah minta maaf ke masnya”

“Huh! Dasar cewek aneh!”

“Sudah ya mas, Saya duluan, Permisi”

“Iya! Sana Lo pergi! Ganggu kami ajh!”.

Bukan tak mampu tuk melawan, tapi sadar bahwa memang saya yang salah.

Beberapa waktu yang sudah saya lewatkan untuk belanja, dan sekarang waktunya saya untuk balik kerumah.

Dan ternyata dirumah sudah ada aba dan Ummi yang kelihatan sedang menunggu seseorang.

“Assalamualaikum ummi, aba, Zahra pulang”ucapku.

“Wa’alaikumussalam” sontak mereka berdua menjawab salam dariku.

“Zahra kok baru pulang nak?Kenapa kok lama?” Tanya ummi padaku.

“Maaf ummi, Zahra telat, tadi Zahra tak sengaja menabrak laki-laki aneh dijalan” Jawabku.

“Laki-laki aneh? Emangnya kenapa dia nak?”

“Jadi gini ummi, tadikan Zahra lagi dijalan, terus Zahra gak sengaja nabrak laki-laki itu, terus laki-laki itu marah sama Zahra, padahal kan Zahra udah minta maaf” Jelasku pada ummi.

“Tapi kamu gak papa kan?” Tanya ummi, masih dengan sejuta pertanyaan.

“Nggak papa ummi, udah ummy gak usah khawatir, tadi laki-laki itu Cuma ngebentak Zahra gak Sampe’ mukul kok” Tenangku padanya.

“Yaudah nak” Pasrah ummi.

“Iya Ummy.. Oh iya ummi ini belanjaannya”

“Terima kasih ya nak” Ucap ummi.

“Iya ummi.. sama-sama ummi”.

Aku masih bertanya-tanya, kenapa aba sama ummi tidak seperti biasanya, mereka melihatku seakan-akan aku akan pergi dari mereka.

“Aba? Aba mau Zahra buatin kopi gak?” Suaraku yang memecahkan kesunyian itu.

“Tidak, tidak usah nak, Aba sedang tidak ingin minum kopi, Zahra duduk ajah disini, aba mau bicara sama Zahra” Ucap aba.

kenapa dengan aba? Ada apa dengan aba? Biasanya kalo aba ditawarkan kopi mau-mau aja.

“Oh iya aba, Aba mau bicara apa sama Zahra?” Tanyaku pelan pada aba.

“Zahra Sekarang udah dewasa, sekarang Zahra udah harus nentuin jalan hidup Zahra. Apa Zahra tidak mau menikah?” Pertanyaan konyol dari aba.

“Apa yang aba bicarakan? Zahra tidak terburu-buru aba, kewajiban Zahra masih ada satu yang tak terpenuhi, lagipula Zahra hanya menunggu bukan mencari..” ucapku pada aba.

“Kewajiban? Kewajiban apa itu nak?” Tanya aba.

“Iya aba, kewajiban itu adalah membahagiakan aba sama ummi”

“Ya Allah nak.. ada satu hal yang bisa buat Aba dengan ummi bahagia..” perkataan aba yg terpotong itu membuat aku penasaran.

“Apa itu ba?”

“Yaitu dengan cara kamu harus menikah” Ucap aba.

“Bukannya tidak ingin menikah aba, namun hanya menunggu waktu yang tepat” ucapku.

“Tapi bangga dan bahagianya aba sama ummi itu Cuma satu nak, yaitu dengan cara menikah”ucapku.

Apa? Menikah? Apa dengan cara itu aku bisa buat ummi dan aba bahagia? Sungguh ini pilihan yang sangat berat bagiku, disisi lain aku harus ngebahagiain orang tuaku, dan disisi lain aku tidak ingin buru-buru menikah, lagipula calon nya aja belum ada, bagaimana caranya aku menikah?.

“Apa aba serius? Aba dan Ummi ingin Zahra menikah?” Tanyaku dengan terkejut.

“Iya nak, ummi sama aba ingin Zahra cepat menikah” Lanjut ummi.

Ummi yang tampaknya sangat bahagia akan keputusan ini, apa boleh buat? Kalo ini udah bisa buat mereka bahagia, aku gak tega kalau harus ngehapus kebahagiaan yang ada pada wajah mereka, Jadi aku putuskan harus menerima keputusan aba.

“Bismillahirrahmanirrahim.. Baiklah ummi, aba, Zahra mau menikah, tapi Zahra belum punya calonnya” Ucapku pada mereka.

“Tenang saja nak, aba punya sahabat namanya pak Jamaluddin, Aba dengan pak Jamaluddin pernah berjanji kalo anak aba Perempuan dan anak pak Jamaluddin laki-laki, maka harus dijodohkan, dan sebaliknya nak” Ucap aba yang membuat aku terpuruk.

“Baiklah.. Zahra terima keputusan aba, selama ini bisa buat Aba dan ummi bahagia” ucapku.

Sungguh pada saat ini aku benar-benar pasrah akan keadaan, aku tidak ingin mengecewakan mereka lagi, siap atau tidak, aku harus siap, ini semua demi orang tuaku juga.

“Alhamdulillah” seru ummi dan aba.

Betapa bahagianya mereka, aku tidak pernah melihat mereka sebahagia ini.

“Yasudah nak, besok mereka akan datang kesini, kamu kenalan ya sama dia, biar saling kenal mengenal” kata aba.

“Secepat itu ba?”

“Iya nak, lebih cepat lebih baik kan?”

“Iya sih ba, tapi apa ini tidak terlalu cepat?”

“Tidak nak, pokoknya besok mereka akan datang kesini”.

“Yasudah, kalo kata aba dan ummi iya, Zahra juga iya”

“Alhamdulillah, Terima kasih ya sayang, kamu sudah mau menerima perjodohan ini” Ucap Ummi padaku.

“Ummi apa-apaan, tidak perlu berterima kasih juga, selama ini bisa buat ummi dan aba bahagia, Zahra ikhlas kok”.

Aku tidak tau seperti apa yang aba jodohkan denganku, intinya dia yang sudah aba pilih, semoga pilihan aba tidak salah,dan semoga dia juga ikhlas dengan perjodohan ini.

Besok? Besok ia akan datang ke rumahku? Hanya butuh sehari buat aku bersiap diri.

“Yasudah ya ummi, aba, Zahra mau kekamar dulu” ucapku.

“Iya nak,tapi Zahra beneran gak keberatan kan sama perjodohan ini?” Tanya aba.

“Nggak kok ba, Zahra gak keberatan sama sekali” Jawabku pada aba.

“Yasudah nak” kata aba.

“Sekarang Zahra boleh pergi gak ba?” ujarku pada aba.

“Eh iya nak” seru aba.

Setiap tangga aku lewati, pikiran ku seakan-akan dihantui oleh kata-kata pernikahan, Sungguh diri ini sangat canggung dengan perjodohan ini, tapi apa boleh buat? Aba dan ummi terlanjur percaya padaku, apa aku tega hancurin itu semua? Tidak!.

Sembari kubaringkan tubuh ini diatas kasur sambil bermain ponsel, Adzan isya’ sudah dikumandangkan, waktunya aku tuk sholat, sebelum kulaksanakan suara pintu terbuka perlahan...

*KROEK...

“Assalamualaikum nak..” Dan ternyata itu ummi.

“Wa’ailaikumussalam.. ummi, ada apa?” Ucapku.

“Ummi mau bicara sama kamu, boleh gak?” Tanya ummi.

“Boleh kok ummi, ummi mau bicara apa?” rasa penasaranku mulai bergejolak.

“Yang soal tadi siang nak” Ujar ummi.

“ Yang tadi siang? Kenapa emangnya ummi?” Tanyaku lagi seakan penasaran.

“Aba dan ummi memutuskan untuk tidak terburu-buru” Ujar ummi lagi-lagi membuat aku penasaran.

“Tidak terburu-buru? Maksudnya apa ummi?” Lagi-lagi pertanyaan dariku.

“kami mengubah keputusan ini nak.. ummi dan aba tidak ingin kamu langsung menikah, kamu harus tunangan terlebih dulu, gimana? Kamu mau tidak?” Ucap ummi yang sangat mengejutkanku.

“Apa? Tunangan? Ummi beneran? Gak papa dong ummi.. malahan bagus gak buru-buru menikah” Ucapku dengan senang hati.

“Seneng banget nak? Apa sebenarnya Zahra Cuma terpaksa terima perjodohan ini?” ujar ummi.

“Bukan ummi,bukan begitu, Zahra gak terpaksa kok terima perjodohan ini, hanya saja Zahra tidak ingin terburu-buru menikah” ucapku dengan penuh kegirangan.

“Owalah gitu nak.. iya Alhamdulillah aba bisa mengubah keputusannya”.

“Jadu besok dia Datang kesini hanya ingin menentukan tanggal tunangan doang dong ummi?” Tanyaku.

“Iya sayang, dia juga sama kayak kamu, gak pengen terburu-buru menikah” ledek ummi.

“Hehe.. ummi bisa aja” Simpuhku malu.

“Oh iya, Zahra belum sholat isya’ ya?”

“Belum ummi, ini lagi mau sholat”

“Oh yaudah Zahra sholat aja dulu, abis itu Zahra kebawah”ucap ummi.

“kebawah? Ngapain ummi?”

“Aba mau bicara sama kamu, kamu ditunggu dibawah yaa”

“Emm..iya dah ummi”

“Iya dh nak, ummi kebawah dulu ya, Assalamualaikum”

“iya ummi, Wa’alaikumussalam”

Betapa bahagianya aku mendengar akan kabar itu, Aku bukan menikah, tetapi tunangan!!

Setelah aku selesai melaksanakan sholat, aku segera pasang cadar yang ada didekatku, karena pasti aba sudah menungguku dari tadi dibawah.

“Assalamualaikum.. aba, ummi” ucapku.

“Wa’alaikumussalam” Sontak mereka berdua menjawab salamku.

“Aba dan ummi udah dari tadi nunggin Zahra?” ucapku.

“Buka dari tadi lagi, tapi udah dari beberapa abad yang lalu” Ledek aba.

“Hmm.. aba..” rengekku.

“Hehe.. nggak sayang, aba baru saja duduk” ucap aba.

“Aba!!” Seruku, seolah langsung mengganti topik.

“Iya nak?” Jawab aba.

“Aba serius mau ngubah keputusan aba?”.

“Iya nak, aba serius”.

“Kenapa tiba-tiba aba ingin mengubah keputusan aba?”.

“Karena dilihat-lihat kamu kayak belum siap nak, aba gak tega kalo kamu harus ditekan kayak yang aba putuskan” ujar aba.

“Alhamdulillah, Makasih ya aba udah ngerti sama Zahra” Kataku.

“Oh iya apa ada yang masih pengen aba bicarakan sama Zahra?” Lanjutku.

“Udah nggak ada kok nak, tadi Cuma ingin bicarakan hal itu,ternyata ummi mu sudah bicara terlebih dulu” Ucap aba.

“Emm.. yaudah aba, ummi, Zahra kekamar dulu yaa”ucapku.

“Iya nak, langsung tidur ya nak” ujar ummi.

“Siap ummi, yaudah Zahra kekamar dulu, Selamat malam ummi, aba” seruku.

“Selamat malam juga nak” seru mereka berdua.

Malam ini rasanya sangat beda, entah itu karena cuaca atau perasaanku, akupun tidak tau, waktu hanya malam ini, dan aku hanya tinggal menunggu akan hari esok,sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.36, aku harus segera tidur Agar esok tidak kesiangan.

Tidurku saja rasanya sangat beda dengan biasanya, agak dikit gak nyenyak aja, pikiranku terbayang-bayang akan pertunangan itu, apakah pertunangan itu akan berjalan dengan baik, dan apakah tunanganku itu akan tetap bersamaku, tapi entahlah, hanya Allah yang tau akan hal itu.

*SUDAH KETIDURAN

*Kring-Kring-Kring

Alarm yang menunjukkan pukul 03.45 itu membuat aku bangun dari tidurku, Sebenarnya diri ini tak mampu berdiri tuk melakukan sholat malam, tapi karena niat yang tinggi maka harus aku lakukan.

“Udah jam berapa nih?” sembari ku tengok handphone yang ada di dekatku.

“Masih jam 03.45, hmm aku harus cepat-cepat sholat” buruku.

Tak lama ku kerjakan sholat 2 rakaat itu, Tiba-tiba suara beduk berbunyi, dan itu tandanya adzan subuh akan segera dikumandangkan.

“yaudah lah, tunggu subuh ajah sekalian, nanggung soalnya” ucapku.

*ALLAHU AKBAR - ALLAHU AKBAR

Adzan yang sudah berkumandang, itu tanda nya dia sudah menyuruhku untuk sholat.

“Alhamdulillah udah adzan, aku harus cepat-cepat sholat nih” Ujarku.

Seiring berjalannya waktu, aku akhirnya sudah selesai melaksanakan sholat.

“Hmm.. akhirnya aku udah selesai, aku telvon Nisa aja deh” ujarku.

*(SUARA TELEPON)

“Halo, Assalamualaikum, iya Ra?” Suara yang berbunyi dari sebuah handphone itu.

“Wa’alaikumussalam, iya halo nis?” seruku menjawab salamnya.

“Ada apa Ra? Telvon kok pagi-pagi buta sekali, ada hal penting?” Tanya wanita yang sedang aku ajak bicara.

“Iya nis, ada hal penting yang aku bicarakan” Seruku.

“Hal penting apa tuh Ra?”.

“Kalo aku bicara lewat telepon gak jelas nis, aku kerumah kamu ya” ucapku.

“Emm.. boleh Ra boleh, aku tunggu ya”.

“Bagus.. makasih ya nis” ucapku.

“Sama-sama Ra, yaudah cepetan kamu kesini, aku tunggu” serunya.

“Siap Ra, yaudah ya aku tutup dulu telvonnya, Assalamualaikum” seruku.

“Wa’alaikumussalam” ucap Nisa.

Telepon yang baru saja aku matikan, itu menunjukkan jam sudah pukul 04.32, jadi aku harus segera pergi kerumah si Nisa.

Tak lama aku melangkahkan kaki ini kerumah si Sinta, kebetulan rumahku dan rumah Nisa ga terlalu jauh, aku dan Nisa tetanggaan.

Annisa Nur Fadilah, namanya yang selalu ada di pikiranku, dia sekarang berumur 19 tahun, sebaya denganku, Cuma lebih tua dia, aku bulan 08, dia bulan 07, dia lahir dikota Bekasi, dia mempunyai adik perempuan, namanya jesika, terjadi perpindahan juga pada keluarga nya, karena di Bekasi dulu mereka merasa dikucilkan oleh tetangga-tetangga di sana, dan mereka memutuskan untuk pindah ke Bogor, karena jalan satu-satunya hanyalah Bogor, di Bogor ada rumah nenek nya Nisa, Tapi sekarang nenek nya itu sudah meninggal dunia.

Kami bersahabat sudah sejak kami masih berumur 12 tahun, kami kenal dari pertama kali kami masuk sekolah, diantara kami berdua tidak ada yang memandang mana yang kaya dan mana yang miskin, Dia sudah aku anggap lebih dari sahabat, dia sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri.

Sesampainya di rumah Nisa, aku langsung mengetuk pintu yang ada didepan ku itu.

TOK-TOK-TOK-TOK..

“Assalamualaikum Nisa”Seruku.

“Wa’alaikumussalam, kamu Ra? Bentar Ra!” Teriak Nisa dari dalam rumahnya.

Cukup lama ia tak kunjung membukakan pintu itu.

“Ngapain sih Nisa lama banget bukanya” kesalku.

Akhirnya Nisa pun membukakan pintu itu, dan menyuruhku untuk memasuki rumahnya.

“Maaf ya Ra lama, tadi masih Pasang jilbab” Ucapnya penuh maaf.

“Iya nis gak papa” Balasku.

“Yaudah yuk Ra masuk..” ajaknya.

“Hmm.. iya nis, makasih”.

Dan aku memasuki rumah tersebut, yang didalamnya berisi barang-barang mahal dan mewah, Tentu saja, Nisa lahir dari keluarga berkecukupan, jadi Nisa tidak pernah merasa kurang sedikit pun.

Hari ini orang tua Nisa pergi keluar kota, jadi Nisa Cuma tinggal bersama jesika.

“yaudah silahkan duduk Ra.. oh iya kamu mau ngomongin apa Ra, Sampe’ harus berangkat pagi-pagi buta kayak gini?” Tanya nya Nisa dengan penasaran.

“Aku langsung to the point aja ya nis, Jadi gini nis, aku dijodohin sama anak pak sayuddin, anak dari sahabat aba, aku sebelum nya belum siap nis” Jelasku pada Nisa.

“kalau belum siap, kenapa kamu mau terima perjodohan ini Ra?” Tanyanya lagi.

“Sebelumnya aku pengen nolak perjodohan ini, tapi karena kelihatannya aba sama ummi bahagia dengan keputusan ini, Aku gak tega buat mereka kecewa, jadi aku terima perjodohan ini” Jelasku lagi.

“Jadi kamu udah mau menikah Ra?”

“Ya nggak lah nis, aku gak pengen terburu-buru, aku mau tunangan terlebih dulu”

“Hmm.. bagus lah, terus kamu tau gak sama laki-laki yang dijodohin sama kamu?”

“Nggak tau sama sekali sih, tapi besok katanya dia akan Dateng kerumah”

“Oky Ra.. aku juga pengen tau kayak apa laki-laki yang dijodohkan dengan sahabat aku” Ujar Nisa.

“Iya maka dari itu, aku kesini mau jemput kamu sama jesika”.

“Jemput aku? Ngapain?”.

“Iya temenin aku lah”.

“Yaelah Ra.. dah kebiasaan ya kamu.. kalo gak sama aku pasti gak mau”

“Hehe.. bukan gitu nis.. oh iya mana jesika? Kok aku gak liat dari tadi?” Tanyaku pada Nisa.

“jesika ada didapur”

“Jesika! Jesika!” Teriakku.

“Iya kak!!.. bentar..” Teriak suara anak yang ada didalam dapur.

“Loh kok ada kak Zahra?” Lanjut gadis yang ada didepan ku itu.

“Iya dek, kakak kesini mau jemput kamu sama kak Nisa” ucapku.

“Jemput aku? Mau kemana emangnya kak?” Tanyanya polos.

“Mau kerumah kakak” ucapku.

“Emm.. ngapain kak?”Tanya nya lagi.

“Udah, jesika ikut aja” Ajakku.

“Aduh gimana ya kak.. bukan nya gak mau kerumah kak Zahra, tapi sekarang Jesika masih banyak tugas kak” Ujar gadis itu.

“Yahh.. gimana dong.. kalo Jesika gak ikut, terus kak Nisa gimana?” Tanyaku pada gadis itu.

“Kakak tenang aja, kak Nisa kalo mau kerumah kak Zahra gak papa kok ke sana aja, Jesika gak papa disini” Katanya.

“Jesika beneran gak papa?” Tanya nisa pada adik satu-satunya itu.

“Iya kak nis, aku gak apa-apa” ucap jesika.

“Tapi Jesika jangan kemana-mana ya..!” ucap Nisa.

“Iya kakak” ucap gadis itu.

“Beneran loh, nanti kalo ada orang ketuk pintu, jangan langsung di buka yaa.. liat dulu dari jendela” ucap Nisa lagi.

“Iya Kakak bawel.. kakak tenang aja, aku bisa jaga diri baik-baik kok” Tenang Jesika pada kakaknya.

“Yaudah deh dek” ujarnya.

“Iya kakak”.

“Yaudah, tunggu ya Ra, aku ambil hp dulu” ujarnya.

“Iya nis, jangan lama-lama” ucapku.

Aku yang sedang menunggu di ruang tamu miliknya itu, seakan merasa bosan karena menunggu dirinya terlalu lama, Sedangkan Jesika sudah balik ke kamarnya, aku hanya menunggu sendiri di ruang tamu tersebut, Diri ini merasa ingin jalan-jalan sebentar mengelilingi seisi rumah nya itu, Melihat apa saja yang ada di rumah itu.

Sudah lama aku tidak berkunjung kerumah si Nisa.. terakhir kali aku berkunjung sejak aku lulus pondok itu, baru sekarang aku bisa main ke rumah Nisa lagi.

Setelah ku mengelilingi rumah itu, ada satu meja yang ingin sekali aku tuju, Yang ingin sekali aku lihat, diatas meja itu ada satu foto, Diri ini tak bisa menahan, Tangan ini berjalan menuju foto yang terbingkai rapi itu, Dan yang aku lihat adalah foto keluarga Nisa.. Disana lengkap semua keluarga nya, tapi ada satu laki-laki yang bersorban hijau, mataku tertuju padanya.

Tapi Tiba-tiba..

“Ra!” Kejut Nisa.

“Astaghfirullahal Adzim! Ish Nisa.. bisa gak sih gak usah ngagetin orang kek gitu!” kaget ku.

“Iya maaf Ra, Cuma iseng aja, hehe” ucapnya sambil senyum tipis di bibirnya.

“Oh iya nis, laki-laki ini siapa? Kok aku gak pernah liat laki-laki ini?” Tanyaku.

“Oh ini sepupu aku, dia dari Tangerang Selatan” ucapnya.

“Oh.. nggak soalnya aku gak pernah liat orang ini sebelumnya” ucapku.

“Iya gak pernah lah.. dia kan mondok di salah satu pesantren Darussalam, jadi dia belum pernah kesini” jelasnya.

“Ouh gitu..” jawabku.

“Ouh doang? Yaudh deh, Ayuk kita berangkat!” ajak nya.

“Berangkat? Kemana Nis?” Tanyaku polos.

“Ya Allah!! Ya Kerumah mu lah, tadi kamu yang ngajak, gimana sih!” Kesalnya.

“Iya-iya Ayuk.. Cuma bercanda doang kok”

“Yaudah yuk..”.

Beberapa menit aku dan Nisa melangkahkan kaki keluar dari rumah itu, aku dengan Nisa bertuju ke rumah ku sekarang, Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 09.23, aku dan Nisa buru-buru ke rumahku.

Tapi sesampainya di rumah, ada dua orang sepasang suami istri, sepertinya mereka membicarakan hal yang sangat penting, tapi apa?, Aku dan Nisa segera masuk ke dalam agar tau apa yang mereka omongkan.

Sesampainya..

“Assalamu’alaikum..” seketika kami berdua mengucap salam.

“Wa’alaikumussalam..” Sontak semua orang yang ada di ruang tamu menjawab.

“Ini nih anak aku” Ucap aba sambil menunjuk padaku.

“Oh ini anak kamu syid” Ucap bapak yang ada di ruang tamu itu.

“Iya, Ayo nak Salim dulu” ucap aba.

“Iya pak.. saya Zahra Anak nya aba rosyidi” Jelasku sambil Saliman dengan sepasang suami istri itu.

“Iya nak, bapak sudah tau nama aba kamu” Ucap bapak itu.

“Yaudah nak, Zahra sama Nisa duduk aja sini” ucap ummi.

Tak lama kami duduk, Tiba-tiba..

“Loh, Paman Jamal?” Ujar Nisa.

Apa? Kenapa dia kenal dengan laki-laki itu, sepasang suami istri yang asing itu, dari mana Nisa tau? Apa jangan-jangan..?

“Nisa? Kok kamu ada di sini nak?” Ucap bapak itu dengan kaget.

“Iya paman, aku temen nya Zahra” ucap Nisa.

“Temennya Zahra?” tanya bapak itu.

“Iya.. oh iya paman ngapain di sini?” Ucap Nisa.

“Pak Rosyid ini teman paman, dan paman sama bibi Dateng kesini karena ingin melamar Zahra” Kata bapak itu.

Hah? Melamar aku? Benar-benar penuh teka-teki kenapa bisa paman nya Nisa mau ngelamar aku untuk anak nya? Ini penuh dengan pertanyaan, bapak-bapak itu sangat membuat ku takut, apa benar aba mau jodohin aku sama anak paman nya Nisa..?

Jika benar aku akan di jodohkan dengan anak paman nya Nisa, berarti aku akan menjadi sepupu ipar nya Nisa.

“Hah? Paman beneran? Jadi yang Zahra ceritakan sama aku, dan yang mau aba jodohkan sama Zahra, jadi anak nya paman?” Tanya nisa masih tidak percaya.

“Iya nak.. kenapa emang nya?” ucap bapak itu.

“Serius paman? Siapa yang paman jodohkan sama Zahra?” ucap Nisa.

Ketika pembahasan mereka belum selesai, Tiba-tiba masuk lah seorang laki-laki asing, Dia pun main nyelonong aja, Tanpa memanggil salam, siapa laki-laki itu.

“Papa! Mama!” Teriak laki-laki aneh itu.

Beneran laki-laki itu benar-benar terlalu aneh, main masuk aja, kenal pun tidak, apakah itu anak dari suami istri itu..?

*Dalam batinku “Sepertinya aku pernah melihat laki-laki ini tapi di mana?, Kayak gak asing mukanya, tapi siapa? Sungguh hari ini aku penuh dengan teka-teki, apa mungkin ini yang aba jodohkan dengan ku..? Apa ini anaknya?” ucapku dalam batin.

Tidak mungkin dia laki-laki nya, tampilan nya sangat lah berandal, di telinga nya penuh dengan anting, apa benar ini orang nya? Tapi tidak mungkin aba jodohkan aku dengan orang ini.

“Ini siapa mal?” Tanya aba sama bapak itu.

“Ini dia anak ku syid” Ucap bapak itu sambil menunjuk pada laki-laki itu.

“Sini nak” Panggil perempuan yang ada di dekat bpak itu.

Mendekat lah laki-laki berandal itu pada suami istri di Sana, Laki-laki itu memanggil suami istri itu dengan sebutan mama dan papa, berarti kan mereka orang tua nya..?

“Maaf pa, ma aku telat” Ujar laki-laki berandal itu.

“Iya nak gak papa” ujar mama nya.

Aba pun melihat nya sangat tidak percaya.. Ternyata yang di jodohkan dengan ku itu adalah laki-laki berandal, anak geng motor, Penuh dengan anting, pakaian nya sangat lah tidak sopan.. Aba terkejut melihatnya..

Laki-laki itu pun di kenal kan pada keluarga ku oleh orang tua nya.

“Kevin? Kamu yang mau melamar sahabat aku?” Tanya nisa.

“Bukan mau sih, lebih tepatnya di jodohkan” Ujar nya.

“Ish.. kamu gak boleh gitu Vin.. seharusnya kamu bersyukur di jodohin sama Zahra, Zahra itu orang nya baik, pinter, cantik lagi” puji Nisa.

“Ihk, kamu apa-apaan sih nis.. muji-muji aku gitu”Ucapku.

“Itu fakta loh Ra” Ujar Nisa.

Di ruang tamu itu, kenapa nisa jadi berbincang dengan laki-laki itu..?

Tak lama setelah mereka berbincang-bincang, aba pun memotong pembicaraan mereka berdua..

“Nak.. kenapa jadi berbincang sendiri gini?” Potong aba.

“Iya nih anak-anak kenapa jadi bincang sendiri” ujar ummi.

“Yaudah Zahra, sama nak Kevin silahkan mulai ta’aruf nya dulu” suruh aba.

Setelah dapat suruhan dari aba, kami pun mau memulai nya, tapi di saat kami sedang ingin memulai nya tiba-tiba..

“Lo kan?!” seru nya.

“Maz kan??” Seruku juga.

“Kenapa nak?” Tanya ummi.

“Ini dia orang yang aku ceritain kemarin umi,itu yang nggak sengaja aku tabrak kemarin” jelasku pada ummi.

“Jadi yang marah-marah ke kamu kemarin itu adalah laki-laki..?” tanya ummi.

“iya umi laki-laki yang ketemu sama aku di pasar kemarin inilah orangnya” Jelasku.

“Sudahlah nak masalah yang lalu udah lupain aja jangan diungkit-ungkit lagi mulai aja kehidupan kamu yang baru yang kemarin-kemarin lupain aja” ucap Abah.

“Bukannya ingin ngungkit-ngungkit masalah yang lalu tapi Zahra cuman gak terima aja gitu dimarahin kayak kemarin apalagi di depan umum!” Ucapku.

“Zahra! kapan ummi pernah ngajarin kamu kayak gini nggak pernah kan ummi ngajarin kamu kayak gini kenapa kamu ngebantah orang tua?” Bentak ummi padaku.

“Ya udah umi Zahra minta maaf Zahra gak ada niatan ngebantah orang tua, apalagi Abah, Zahra cuman nggak terima aja gitu.. dilakuin kayak kemarin” Jelasku pada ummi.

“Ya udah Zahra jangan diulangi lagi ya..?” Tanya ummi.

“iya umi Zahra janji gak bakalan ngebantah orang tua lagi” Ucapku.

Aku sungguh-sungguh tidak percaya akan hal ini, bagaimana bisa aku dijodohkan dengan laki-laki yang enggak sama sekali aku kenal, bahkan laki-laki itu yang sudah berani ngebentak aku, marahin aku kemarin di depan umum, bukannya dendam atau tidak ingin memaafkan tapi aku masih ingat akan hal yang dia lakukan kepadaku kemarin, apalagi di depan umum di depan banyak orang.

Setelah aku selesai berbincang dengan umi dan Abah, tiba-tiba..

“Eh emang lu yang salah, kemarin elu yang nabrak gue” Ngegas nya.

“Maaf ya mas.. kan saya sudah minta maaf kemarin.. lagi pula saya sudah minta maaf dengan baik-baik dan bicara baik-baik dengan mas.. tapi masnya yang marah-marah ke saya” Ucapku.

“Eh, lu!! Cewek aneh, udah salah marah-marah lagi!!” Marahnya.

“sudah anak-anak! Sudah sudah, kenapa ini jadi ribut sih? Kan Abah dan pak Jamal mempertemukan kalian di sini agar kalian bisa saling kenal mengenal! Udah, jangan inget lagi yang kemarin-kemarin, udah ya kalian maafan” jelas aba pada kami.

“Ya udah mas saya minta maaf, saya sudah marah-marah ke masnya, yang kemarin udah lupain aja ya.. Saya salah, maaf ya mas..” Mohonku pada laki-laki berandal itu.

“Maafin lu?! nggak mungkin, mana mungkin gue mau maafin cewek aneh kayak elu!” masih dengan nada keras nya.

“Kevin.. jangan gitu” ucap ibu itu

“Iya-iya ma.. maafin Kevin” pasrah nya.

“Jangan minta maaf ke mama, minta maaf lah sama Zahra”.

“Hah? Sama dia?” Ucap nya sambil menunjuk padaku.

“Lah iya, kenapa emang nya? Kan emang kamu yang salah”

“Yaudah iya-iya deh.. maaf!”

“Kevin..!”

“Hmm.. gue minta maaf, udah kan ma?”

“Ya belum lah, Zahra aja belum maafin kamu”

“Eh lu, maafin gue gak? Gak maafin juga gak papa, gak butuh!”

“Kevin!”

“Iya ma iya.. gue serius, maaf ya”

“hmm.. iya saya maafin, saya juga minta maaf sama kamu, kemarin saya gak sengaja” ucapku.

“Udah-udah, kenapa jadi tengkar gini sih?” Ujar Nisa.

“Tau nih nis, ayuk dh kenalan” Ucap ummi.

“Gak usah kenalan-kenalan, udah, tentuin tanggal tunangan nya aja” ucap Kevin.

“Emang mau langsung? Kevin buru-buru kah?” Tanya bapak nya.

“Buru-buru? Nggak lah pa, Cuma pengen cepat-cepat kelar aja”

“Kevin jangan anggap ini mainan ya”

“iya pa, yaudah tentuin aja sekarang”.

Apalagi ini? Laki-laki ini beneran serius dengan ku? Alhamdulillah sih kalo beneran serius, tapi apakah laki-laki ini tidak akan mengkhianati aku? Semoga aja.

Kevin Adhitya, yang berumur 20 tahun itu, dan yang menjadi ketua geng motor, yang menjadi anak berandalan, yang selalu mabok-mabokan, selalu keluyuran malam hari, apakah aku harus menikah dengan nya? Apakah dia bisa menjadi imam buat ku? Sangat lah tidak mungkin!! Seorang ketua geng menikah dengan perempuan seperti ku, yang bukan wanita kekinian, yang hanya wanita rumahan, apakah bisa..?

“Jadi gimana ini mal?” Tanya aba.

“Kalo menurut Ku lebih cepat lebih baik” Jawab pak Jamal.

“Yaudah, gimana kalo minggu depan?”

“Minggu depan? Bagus juga sih”

“Yaudah, Minggu depan ya?”

“Iya sih, yaudah tanggal 30 aja”

“Deal!!” Sontak semua orang Yang ada di sana menjawab.

Pulanglah mereka semua dari rumah ku, dan Minggu depan terlaksana nya pertunangan ku, dan aku masih tetap tidak percaya,kenapa bisa aku dijodohkan dengan sepupu nya sahabat aku sendiri, dan aku akan menjadi sepupu ipar nya Nisa? Sungguh dunia terlalu sempit, bahkan Nisa pun sendiri sangat mendukung ku.

BEBERAPA HARI KEMUDIAN..

Tiba-tiba aku ingin jalan-jalan sebentar, tiba-tiba Aku ingin refreshing, pengen ngilangin stres, niatnya aku ingin mengajak nisa, tetapi Nisa baru saja pulang dari KKN, jadi Nisa itu pasti kecapean, ya udah aku putuskan jalan-jalan sendiri aja.

Tetapi di saat aku sedang berjalan seketika ada seseorang yang tak sengaja aku lihat, dan orang itu pun tiba-tiba menghampiri aku yang sedang berjalan..

“ini sayang orangnya? Burik banget, cantikan juga aku. Kenapa sih orang tua kamu nolak aku, sementara yang mereka pilih malah perempuan kayak gini, beda level banget tau sama kamu” Ujar perempuan yang bersama Kevin.

Bella namanya, dia adalah kekasih nya Kevin, kekasih calon tunangan ku, ini sangatlah menyakitkan, melihat laki-laki yang sebentar lagi akan jadi imam ku, yang menjadi calon pembimbing ku, memang perempuan itu sangatlah cantik dan kekinian, tapi kenapa Kevin tidak menghargai aku, seakan-akan aku ini bukan siapa-siapa nya dia.

Ini akan menjadi sebuah sejarah yang sangat menyakitkan bagi ku, laki-laki yang sudah aba pilihkan untuk ku, laki-laki yang akan menjadi suami ku, telah menghancurkan harapan ku, sangatlah wajar jika Kevin dengan Bella itu menjadi sepasang kekasih, tapi tidak wajar juga, udah tau punya calon, tapi masih sama yang itu-itu.

Seketika aku langsung meneteskan air mata, dan air yang jatuh di atas pipi ku itu sangat tidak berarti bagi Kevin, sebenarnya apa yang Kevin mau?.

“Mas kevin? Kenapa kamu bisa bersama dia mas? Siapa dia mas?” Tanyaku sambil menatap kedua bola mata nya.

“Dia cewek gue, kenapa?! Mau ngadu sama bapak lo?! sana ngadu!!” bentak Kevin.

“Ngadu? Nggak, saya bukan wanita begitu, hanya saja, kenapa mas tega boongin orang tua mas?”.

“Heh! Gue sebenernya terpaksa terima perjodohan ini! gue di paksa oleh mama sama papa gue!”.

“Kenapa mas gak ngomong dari awal?!!”.

“Gue udah ngomong!! Tapi karena bapak lo tuh!!”.

“Bapak saya? Nggak mas, ini semua bukan salah bapak saya”.

“Halah, bacot!”

“Kalo mas gak suka sama perjodohan ini, udah! Jangan di lanjutin”.

“Gampang banget ya Lo ngomong!!”.

Dan saat itu juga kami pun berdebat gara-gara hal ini, sebenarnya diri ini tak bisa menerima, tapi apa boleh buat? Aku tidak ingin kecewain apa dan umi.

Sebelum perdebatan kami selesai, tiba-tiba...

“Woi cewek aneh! Jangan mentang-mentang lo yang dipilih orang tua Kevin! Lo seenaknya marahin Kevin!” bentak Bella sambil mendorongku.

Dan karena dorongan itu pun aku terjatuh ke lantai, tapi ada yang lebih jahat dari itu tahu apa yang mereka perbuat..?

“Buka aja cadar nggak guna lo ini, gak usah sok-sokan pakai kayak ginian lo bukannya keren malah kayak penculik anak! Hahaha!!”.

Hina mereka berdua, sambil tertawa puas mereka, terlalu keji mereka sampai mereka membuka cadar Yang aku pakai.

Tak lama dari itu tiba-tiba datang seorang laki-laki berbaju kokoh dan bersarung yang memakai peci berwarna hitam itu.

“Kevin!! kamu apa-apaan?!” Kesal laki-laki itu.

“Apa? abang mau marah? Ya udah marah aja” balas Kevin.

Apa? Abang? Mana bisa Kevin Panggil laki-laki asing itu Abang? Ada hubungan apa mereka berdua? Terlalu banyak teka-teki di antara mereka berdua.

“Aku tahu kamu tidak suka di jodoh-jodohin, tapi kamu nggak perlu gini juga, hargain calon kamu”.

“Hah? calon? Ambil Abang aja deh, gue males, ayo sayang..” ucap Kevin sambil mengajak Bella kekasihnya untuk pergi dari tempat itu.

“astaghfirullahaladzim!!.” kaget laki-laki itu.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya laki-laki itu sambil menyodorkan cadar yang ada di tangannya.

“Alhamdulillah, tidak apa-apa, terima kasih, oh iya mas siapa?” Tanya ku.

“Saya? Saya kakaknya Kevin”

“Kakak? Kok saya tidak tau? Dan tak pernah melihat mas”.

“Memang, saya baru pulang dari pondok kemarin, jadi saya baru keluar sekarang”.

“Ouh nggak pernah liat aja”.

“Iya.. kamu mau saya antar pulang tidak?”.

“Tidak usah mas, saya bisa pulang sendiri”.

“ouh, yasudah kalo gitu”.

“Iya mas, sekali lagi terimakasih banyak ya mas”.

“sama-sama, hati-hati di jalan ya”.

“Iya”.

Beberapa hari setelah kejadian itu, tibalah pelaksanaan pertunangan Kami, Tapi di lokasi, aku dan yang lain sedang menunggu Kevin, terutama keluarga nya yang sangat menunggu kedatangan Kevin, tapi setelah kami tunggu ber jam-jam, dia tetap saja belum datang-datang.

“Kemana sih nih Kevin?!” kesal Nisa.

“Gimana kalo Kevin gak Dateng nis?” Sahutku.

“Gak usah ovrthingking gitu Ra, Kevin pasti datang kok”.

“Aku Cuma takut Kevin gak Dateng aja nis”.

‘’Udah, percaya deh sama aku”.

Tak lama kami selesai membicarakan hal tersebut, tiba-tiba kakak nya Kevin datang dengan berlari menuju ke taman.

“Ma, pa!” panggil kakak nya Kevin sambil ngos-ngosan.

“Ada apa nak?” tanya mama nya.

“kevin ma, Kevin” jawab nya .

“Kenapa nak dia?”.

“Kevin kabur sama Bella pacarnya ma”.

“Apa!!” Kaget mamanya.

“Ini ada surat di atas kasur nya”.

“Surat? Yaudah mna?”.

Ada surat yang Kevin tinggalkan untuk orang-orang di rumah, dan Kevin, dia pergi dengan Bella? Yang benar saja, kenapa dia tega ngelakuin ini..?

Di dalam surat itu berisi “Maa.. paa.. maafin Kevin yaa, Kevin harus pergi dari rumah, karena Kevin gak mau di jodohin sama Zahra, Kevin hanya mau menikah dengan Bella, sekali lagi Kevin minta maaf, atau dalam perjodohan ini, mama sama papa suruh bang zayyan gantiin aku aja, Kalo dia kan pasti mau, Zahra tuh pasti idaman nya bang Zayyan, bukan idaman nya aku, makasih ya pa, ma, maaf Kevin harus pergi dari rumah..”.

Surat penjelasan yang Kevin tinggalkan membuat para keluarga yang tadinya bahagia menjadi tangis pecah, kenapa Kevin tega banget.

“kenapa Kevin tega sama kita pa!” Tangis Bu Rita mama Kevin.

“Udah ma, yang sabar yaa” Tenang zayyan.

“Jadi sekarang ini gimana pa?!”.

“Kita bubarin aja dulu” sahut pak Jamal.

“Iya, sebaiknya begitu, karena keadaan nya belum menentu” Lanjut aba.

“PERHATIAN SEMUANYA!! Mohon maaf sebelumnya, karena ada masalah yang menimpa keluarga kami, jadi acara pertunangan ini kami bubarkan, Terima kasih atas kedatangan nya, dan saya minta maaf sebesar-besarnya, Wassalamu’alaikum wr.wb” per saksian dari zayyan yang mewakili dari dua pihak keluarga.

Betapa kecewanya hati ini, betapa sakitnya hati ini, laki-laki yang udah jadi calon tunangan ku pergi tinggalin aku,wajar sih, orang dia tidak suka dengan ku, gimana mau terima perjodohan ini.

Beberapa hari kemudian.. entah aku tidak tahu apa selanjutnya tapi yang jelas perjodohan ini akan tetap berjalan karena janji Abah dan pak Jamal sudah bertahun-tahun yang lalu dan itu bisa disebut sumpah mereka berdua sumpah dalam persahabatan mereka berdua.

Sekarang Kevin sudah pergi dari rumahnya untuk selama-lamanya atau mungkin akan kembali dengan pasangan nya itu.

Sebenarnya Abah sangat kecewa dengan Kevin anaknya pak Jamal itu, tetapi karena Abah sudah pernah berjanji Abah harus meneruskan perjodohan ini.

Di sisi lain aku bahagia karena aku tidak jadi dijodohkan dengan laki-laki yang berandalan itu tapi di sisi lain juga aku sangatlah sedih karena harus mengecewakan harapan orang tuaku.

Pertunangan yang sudah direncanakan dari beberapa hari yang lalu sekarang hancur lebur tak tersisa, mungkin ini memang ujian dari Allah, dan aku tahu bahwa Allah tidak menguji hambanya melebihi batas kemampuannya tapi mengapa rasanya ini sangatlah berat bagiku.

Tiga hari sudah berlalu.. Aba meminta aku untuk memutus kan, apakah aku masih mau melanjutkan perjodohan ini..? Apakah aku masih mau melanjutkan permintaan aba..?.

“Nak, Gimana? Kevin kan udah pergi, apakah kamu masih mau melanjutkan perjodohan ini..?” Tanya aba.

“Kalo Zahra sih terserah aba, jika aba masih mau melanjutkan, maka lanjutkan lah, Zahra gak papa kok” Jawab ku.

“Aba minta izin, aba mau melanjutkan perjodohan ini buat Zahra, boleh gak?” Tanya aba lagi.

“Emm.. boleh kok aba, silahkan, Zahra terima, tapi Sama siapa ba?”.

“Sama kakak nya Kevin nak”.

“kakaknya Kevin? Yang mana ba?”.

“Itu Loh nak, yang ada di acara pertunangan itu mu itu”

“Mas zayyan?”

“Iya nak, dia.. aba suka sama anak itu, dia sopan, baik, ramah, pokok nya ana suka deh”.

“Emm..” Sahutku sambil tersenyum malu.

“Ekhem... Ciee Zahra kenapa nak?” Tanya ummi usil.

“Eh, nggak papa kok ummi, Zahra gak papa” jawab ku.

“ciee Zahra.. ada yang lagi malu-malu nih” Masih dengan ucap usil ummi.

“Ish.. ummi, udah ah, cukup... Zahra jadi gak PD”.

“Gak PD? Ihk jangan gak PD gitu nak, di PD in aja”.

“Ummi sih”.

“Iya Nak iya, ummi minta maaf”.

“iya umi, lain kali umi jangan gitu ya, kan jadinya Zahra nggak pede”.

“iya nak tenang, ummi cuman pengen usil aja kok ke kamu”.

“Ya umi, kalau menurut umi mas Zayyan itu gimana”.

“kalau menurut umi sih, zayyan itu anak baik, anaknya juga sopan, tampan pula, pokoknya umi setuju banget deh kalau Zahra sama zayyan” ucap umi sambil tersenyum tipis.

“beneran nih umi? Tapi kayaknya Zahra tidak termasuk kriteria idamannya mas zayyan”.

“Nak.. nggak boleh overthinking gitu, siapa tahu zayyan juga suka sama Zahra, hati seseorang tidak ada yang tahu nak” ucap umi.

“iya umi Zahra tahu, emang hati seseorang tidak ada yang tahu, tapi kelihatannya mas zayyan emang tidak suka dengan Zahra”.

“udah jangan gitu, siapa tahu kan emang zayyan suka sama Zahra ,udah ya gak boleh overthinking”.

“Iya deh umi”.

Kemudian setelah perbincangan itu selesai aba pun menelpon pak Jamal untuk memutuskan bahwa perjodohan akan tetap berlanjut, dan apapun segera meminta untuk pak Jamal meminta keputusan dari zayyan.

Aba pun langsung menelpon pak Jamal..

“halo.. Assalamualaikum.. Jamal gimana? Apakah perjodohan ini akan tetap berlanjut?”.

“Halo.. waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh... Iya? Iya tetap dong, pokok nya harus tetap berjalan” Suara dari dalam telepon.

“Bagus.. jadi ini masih di lanjut kan ya?”.

“Baiklah”.

Keesokan hari nya, tiba-tiba pak Jamal dan Bu rati datang lagi ke rumah ku, tapi mereka datang bersama dengan zayyan kakak nya Kevin, mau apa mereka bertiga ke sini, apakah..?

“Assalamualaikum..” sontak mereka bertiga Sambil memasuki rumah ku.

“Wa’alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh” jawab ummi yang sedang membereskan rumah.

“Bu rati? Ayok Bu masuk Bu” ajak ummi.

“iya Bu, terima kasih” ucap Bu rati.

“Ada perlu sama aba ya Bu?” tanya ummi.

“Iya Bu, tolong panggil kan pak Rosyid” jawab pak Jamal.

“Oh iya, Bentar ya Bu, pak, saya panggil aba dulu” ucap ummi.

Apakah benar mas zayyan mau melamar ku? Kemungkinan iya, tapi kemungkinan mereka Cuma ingin membatalkan perjodohan ini.

Betapa bahagianya diriku ini, ketika ada laki-laki yang berani melamar ku, apalagi jika itu di bilang Gus.

“Aba-aba!” panggil ummi pada aba.

“Ada apa ummi teriak-teriak?” jawab aba.

“Di luar ada pak jamal sama Bu rati, katanya mereka ada perlu sama aba”.

“Perlu? Oh yaudah, suruh tunggu bentar, aba mau ganti baju dulu”.

“Iya ba”.

Dan ibu pun keluar dari kamar tersebut.

“Bentar ya pak, buk, aba lagi ganti baju bentar” ucap aba.

“iya buk, Bu sa’adah duduk aja, gak usah repot repot di dapur ya buk” ucap buk rati.

“Iya buk”.

Baru saja ummi duduk, tiba tiba aba pun datang menemui mereka semua.

“Assalamu’alaikum..” salam dari aba.

“Wa’alaikumussalam..” sontak semua orang menjawab.

“Maaf ya mal, saya lama, tadi masih ganti baju” ucap aba.

“Iya syid, oh iya Zahra mana? Kok gak ada keluar? Aku gak liat dia dari tadi” tanya pak Jamal.

“Oh iya umii, Zahra mana, kok gak ummi panggil?” tanya aba juga.

“Oh iya lupa, yaudah ya tunggu.. Zahra saya panggil bentar” jawab ummi.

Tak lama ummi pun memanggil ku di kamar, aku yang sedang duduk di dekat ranjang tiba tiba ummi ajak ke luar.

“zahra!” panggil ummi.

“Iya ummi?” jawabku

“zahra di panggil aba tuh, di luar ada nak zayyan” ucap ummi.

“Mas zayyan? Ngapain ummi?” tanya ku.

“Gak tau juga nak.. dia datang bersama papa dan mama nya” jawab ummi.

“Ouh yaudah, ummi keluar aja duluan, Zahra siap siap bentar” ucapku.

“Yaudah nak”.

Akhirnya ummi pun keluar dari kamar ku.

Tak lama aku pun bersiap siap untuk keluar..

“Assalamualaikum” ucapku.

“Wa’alaikumussalam” semua orang menjawab salam dari ku.

“Maaf, Zahra kelamaan” Maaf ku.

“Iya nak gak apa apa” ucap aba.

Aku pun di suruh duduk oleh ummi, kenapa aku tidak di suruh ke dapur? Padahal kan di depan mereka tidak ada minuman apa apa.

Perbincangan mereka pun sudah akan di mulai..

“Ada apa mal? Kamu kok Dateng rame rame ke sini” tanya aba.

“Ada hal penting yang ingin aku bicarakan Sama kamu syid, dan ini berkaitan dengan anak anak” jawab pak Jamal.

“Hal penting? Yaudah silahkan kamu bicarakan saja”.

“Perjodohan ini kita teruskan saja, kemarin Kevin yang aku jodohin, sekarang yang akan aku jodohin adalah zayyan”.

Hah? Mas zayyan? Seriusan? Ini gak salah tanggapan? Mereka mau jodohin aku sama mas zayyan..

Subhanallah, betapa bahagianya diri ku ini, aku di jodohkan dengan seorang Gus yang bernama Mohammad Zayyan Al-Hafidz.

“Alhamdulillah, akhirnya perjodohan ini terus berjalan, jadi gimana ini? Apa nak zayyan ta’aruf dulu sama Zahra?” Tanya aba.

“Iya, biarkan mereka ta’aruf di sini” jawab pak Jamal.

“Yaudah nak zayyan silahkan mulai ta’aruf nya” suruh aba.

“Baik pak” ucap mas zayyan.

“Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu’alaikum wr.wb.. perkenalkan nama saya Moh Zayyan Al-Hafidz, kamu bisa panggil saya zayyan, nama kamu siapa?” mas zayyan pun memulai ta’aruf nya.

“Wa’alaikumussalam wr.wb ,perkenalkan juga nama saya Kayla Netasya Az-Zahra, kamu bisa panggil saya Zahra” Mulai ku juga.

“Apakah kamu masih sendiri?”.

“Alhamdulillah masih sendiri, dan tidak menanti seseorang” jawab ku.

“Alhamdulillah, apakah kamu siap untuk membangun rumah tangga bersama ku?” .

“in syaa Allah saya siap”.

“Apakah kamu siap menjadi ibu dari anak anak ku?”

“In syaa Allah saya siap”.

“Apakah kamu mau menemani saya dalam keadaan suka mau pun duka?”

“In syaa Allah saya siap”

“Apakah kamu siap menjadi makmum ku?”

“In syaa Allah saya siap”

“Apakah kamu siap untuk saya halalkan?”

“Bismillahirrahmanirrahim, saya siap”

“Alhamdulillah..”

“Sekarang boleh kah saya menanyakan kamu juga?” ucapku.

“Iya, silahkan, saya tidak keberatan” jawabnya.

“Bismillahirrahmanirrahim.. apakah kamu mencintaiku?”aku pun mengawali.

“iya, saya mencintaimu”

“Apakah kamu menyayangi ku”

“Iya, saya menyayangi mu”

“Apakah kamu serius dengan ku?”

“iya, saya serius dengan mu”

“Apakah kamu siap menjadi imam yang terbaik buat ku?”

“In syaa Allah saya siap”.

“Apakah kamu tidak akan menyakiti ku”

“In syaa Allah saya tidak akan menyakiti mu”.

“Baiklah, wah.. di belakang mu ada perempuan yang sangat cantik rupa nya, sangat sopan, sangat lah ramah, dia pun sangat kaya, tertutup pula aurat nya, lihat lah, dia ada di belakang mu (Padahal tidak ada siapa siapa di belakang)”

“Hmm (Tidak menoleh kebelakang)”

“Kenapa kamu tidak menoleh kebelakang?”

“Saya tau, kamu hanya menguji daya ku, sebenarnya di belakang saya tidak ada siapa siapa kan, saya tau kamu hanya menjebak ku”

“Kenapa begitu?”

“Karena mencintai tidak memandang itu semua, cinta itu butuh perjuangan bukan pengkhianatan, jika ingin di cintai dengan tulus maka kita pun perlu tulus, saya mencintai mu bukan karena hanya perjodohan, tetapi sejak pertama saya melihat mu, saya merasa kan cinta yang tulus dari kedua mata mu, saya ingin menjadi imam yang terbaik untuk mu, tapi saya tidak ingin bertunangan, tetapi langsung menikah, dan membuka lembaran baru, apakah kamu mau menerima lamaran saya”

“Maa syaa Allah tabarokallah, bismillahirrahmanirrahim, iya, saya terima lamaran kamu”

“Alhamdulillah” sontak semua orang berseru.

“Bapak Rosyidi, saya meminta izin untuk menggantikan tugas bapak, apakah boleh?”

“Boleh, tapi jagalah dia”

Ketika acara ta’aruf kami selesai, aba dan papa nya mas zayyan pun membicarakan tanggal pertunangan kami, aba dan ummi tampak nya sangat lah bahagia dengan keputusan ku ini, mereka pun membicarakan hari dan tanggal pernikahan kami, dan mereka memutuskan bahwa kami harus menikah pada tanggal 21, jadi kurang beberapa hari lagi.

“Baiklah,jika begitu, maka ini semua sudah kelar?” Tanya aba.

“Iya.. ini semua sudah kelar, anak anak akan segera menikah, dan kita akan menjadi besan yang sangat dekat, Hihi” ucap pak Jamal.

“Aamiin.. semoga aja ya mal” ucap aba.

Kami pun hanya tinggal menunggu tanggal yang sudah di rencanakan orang tua kami, tanggal 21 hari yang akan sangat bahagia bagiku, Moh Zayyan Al-Hafidz yang akan segera menjadi imam ku, dia yang akan menjaga ku, dan dia pun yang akan membimbing ku di jalan Allah sampai tiba di surganya Allah.

Beberapa hari telah berlalu, hari pernikahan kami hanya tinggal tiga hari lagi, dan hari ini, pagi ini kami mau liat gaun pengantin yang sudah kami pesan beberapa Minggu yang lalu, Aku pun pergi untuk melihat gaun nya bersama mas zayyan dan ummi ku.

“Nak.. Zahra.. udah siap belum?” Tanya ummi.

“Bentar ummi... Zahra lagi benerin cadar!” Jawab ku sambil teriak dari dalam kamar.

“Iya nak, tidak usah terburu buru, tapi jangan lama lama juga, hehe”

“iya ummi, emang nya mas zayyan udah Sampek?”

“Belum sih, tapi kan kalo Zahra udah siap, nanti pas nak zayyan Dateng, tinggal berangkat aja, biar cepat cepat”

“Iya ummi”.

Aku yang dari tadi berteriak dari dalam kamar itu, membuat aba terganggu.

“Ada apa sih ummi, Zahra? Teriak teriak gitu, gak enak di dengar tetangga” Ujar aba sambil meminum kopi.

“Hehe, nggak aba, tadi manggil Zahra, soalnya dari tadi belum selesai selesai juga” Sahut ummi .

“Gak tau tuh aba, ummi teriak teriak dari tadi manggil Zahra” ucapku.

“Yaudah kalo ngomong jangan teriak teriak, beneran gak enak kalo di dengar tetangga” Ujar aba.

“Iya aba, hehe maaf” jawab ummi.

Tiba tiba mas zayyan pun datang ke rumah..

“Assalamu’alaikum..” Salam dari mas zayyan yang sambil masuk ke dalam rumah .

“Wa’alaikum salam” jawab kami semua.

“Mas zayyan baru datang? Sini mas masuk” Ajak ku.

“Bukan nya mau menolak tawaran Zahra, tapi Gimana kalo kita cepat cepat berangkat, biar cepat datang juga” Tolak nya.

“Oh yaudah mas, ayok berangkat”

“iya Ra, ayok ummi kita berangkat”

“Terus Zahra gak di ajak sama mas?”

“Hehe, ayok Ra ayok, kita berangkat sekarang juga”

“Hihi, ayok mas”

“Aba.. ummi sama Zahra mau liat gaun pengantin dulu ya ba” pamit ummi.

“iya ummi, Zahra dan ummi hati hati yaa.. oh iya nak zayyan jagain mereka berdua yaa, jangan di tinggal yaa” Jawab aba sambil ketawa dikit pada mas zayyan.

“Iya pak, saya bakal jaga calon mertua dan calon istri saya” Ucap mas zayyan sambil melirik kepada Ku.

“Yaudah kalo mau berangkat, hati hati ya nak” pesan aba.

“iya aba, kami berangkat dulu, Assalamualaikum” Pamit kamu pada aba.

“Wa’alaikumussalam WR. WB”.

Mereka pun berangkat..

Di dalam mobil mereka asik berbincang-bincang,dan...

Dorr!!

Kecelakaan itu terjadi, tapi yang masih sadar hanya lah ummi, tidak dengan aku dan mas zayyan.

Kami di larikan ke rumah sakit, dan..

“Gimana dok, keadaan anak saya?” tanya ummi.

“Anak ibu yg perempuan mengalami amnesia, tapi kalo yg laki-laki, Alhamdulillah hanya mengalami luka ringan” ucap dokter.

“A-apa? Zahra amnesia?”.tanya ibu.

“ya sudah ya bukk saya duluan”

Mereka menangis sejadi-jadinya, ummi dan aba, mereka sangat terpukul akan keadaan ku.

Beberapa jam kemudian, akhirnya mereka sadar juga.

Dan mas zayyan menanyakan aku pada ummi.

“Zahra mana ummi?” tanya mas zayyan.

“zahra.. dia mengalami amnesia nak” jelas ummi.

“A-Apa? Innalilahi, sekarang Zahra mana mii?”

“Dia sekarang ada di ruangan sebelah”.

“Maafin zayyan ya mii, ba, gara-gara zayyan teledor, Zahra jadi kayak gini”

“Nggak kok nak, bukan salah nak zayyan”.

Dan sebulan berlalu, mas zayyan dengan ummi berusaha menyembuhkan penyakit ku, mereka berhasil membuat ku ingat semuanya, dan hari ini adalah hari pernikahan ku.

“قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيْجَهَا بِالْمَهْرِ المَذْكُوْرِ حَالاً

Saya nikahkan, dan saya kawinkan saudara Moh Zayyan Al-Hafidz bin Jamaluddin dengan saudari Kayla Netasya Az-Zahra binti Rosyidi,dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai!!” .

“Saya terima nikah dan kawinnya Kayla Netasya Az-Zahra binti Rosyidi dengan Moh Zayyan Al-Hafidz bin Jamaluddin dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai!!”

“Bagaimana para saksi? Sah?!”

“Sah!!”.

Akadpun berakhir dengan begitu khitmad..

Dan mereka semua hidup lah bahagia tanpa ada rintangan yang mengganggu..

Alhamdulillah.

April 30, 2023, 9:44 a.m. 0 Report Embed Follow story
0
The End

Meet the author

Comment something

Post!
No comments yet. Be the first to say something!
~